Qu Yuan ( De Wei Jiang Jun )
Festival
Peh Cun (端午节 – Duan Wu Jie) yang juga dikenal sebagai Festival Perahu
Naga (Dragon Boat Festival) jatuh pada tanggal 5 bulan ke 5 berdasarkan
perhitungan kalender lunar (Imlek). Duan Wu Jie adalah salah satu salah
satu festival penting dalam kebudayaan suku China. Festival Duan Wu Jie
tahun 2011 ini jatuh pada hari Senin tanggal 6 Juni.
Asal
usul festival Duan Wu Jie itu sendiri ada beberapa versi, ada sumber
yang menyatakan Festival Duan Wu Jie berasal dari pemujuan terhadap Dewa
Naga, ada yang mengatakan berasal dari peringatan kisah kesetiaan 伍子胥
(Wu Zi Xu), ada pula sumber yang mengatakan festival Duan Wu Jie untuk
mengenang kisah anak berbakti 曹娥 (Cao E), namun diantaranya yang paling
terkenal adalah tentang kisah ke-patriotisme 屈原 (Qu Yuan).
Qu Yuan
(339 SM - 277 SM) adalah seorang menteri negara Chu (楚) di Zaman
Negara-negara Berperang. Ia adalah seorang pejabat yang berbakat dan
setia pada negaranya, banyak memberikan ide untuk memajukan negara Chu,
bersatu dengan negara Qi (齊) untuk memerangi negara Qin (秦).
Namun
sayang, ia dikritik oleh keluarga raja yang tidak senang padanya yang
berakhir pada pengusirannya dari ibu kota negara Chu. Ia yang sedih
karena kecemasannya akan masa depan negara Chu kemudian bunuh diri
dengan melompat ke sungai Miluo. Ini tercatat dalam buku sejarah Shi Ji.
Sebelum
bunuh diri dengan melompat ke Sungai Miluo, Qu Yuan sempat menulis
puisi Lament of Ying – berisi ungkapan rasa cemas dan khawatir Qu Yuan
menghadapi peperangan ditanah airnya yang sudah ada didepan mata.
Puisinya mengekspresikan perhatian dan kekhawatiran yang mendalam akan
masa depan tanah airnya, rasa kasihan terhadap masyarakat dan rasa
geramnya terhadap para pemimpin negeri yang hanya memikirkan diri
sendiri dan membiarkan tragedi tersebut terjadi.
Rakyat
yang kemudian merasa sedih kemudian mencari-cari jenazah sang menteri di
sungai tersebut. Mereka lalu melemparkan nasi dan makanan lain ke dalam
sungai dengan maksud agar ikan dan udang dalam sungai tersebut tidak
mengganggu jenazah sang menteri.
Kemudian untuk menghindari makanan
tersebut dari naga dalam sungai tersebut maka mereka membungkusnya
dengan daun-daunan yang kita kenal sebagai bakcang sekarang. Para
nelayan yang mencari-cari jenazah sang menteri dengan berperahu akhirnya
menjadi cikal bakal dari perlombaan perahu naga setiap tahunnya.
Kegiatan dan Tradisi
- Lomba Perahu Naga : Tradisi perlombaan perahu naga ini telah ada sejak Zaman Negara-negara Berperang. Perlombaan ini masih ada sampai sekarang dan diselenggarakan setiap tahunnya baik di Cina Daratan, Hong Kong, Taiwan maupun di Amerika Serikat. Bahkan ada perlombaan berskala internasional yang dihadiri oleh peserta-peserta dari manca negara, kebanyakan berasal dari Eropa ataupun Amerika Utara. Perahu naga ini biasanya didayung secara beregu sesuai panjang perahu tersebut.
- Makan Bakcang : Tradisi makan bakcang secara resmi dijadikan sebagai salah satu kegiatan dalam festival Peh Cun sejak Dinasti Jin. Sebelumnya, walaupun bakcang telah populer di Cina, namun belum menjadi makanan simbolik festival ini. Bentuk bakcang sebenarnya juga bermacam-macam dan yang kita lihat sekarang hanya salah satu dari banyak bentuk dan jenis bakcang tadi. Di Taiwan, di zaman Dinasti Ming akhir, bentuk bakcang yang dibawa oleh pendatang dari Fujian adalah bulat gepeng, agak lain dengan bentuk prisma segitiga yang kita lihat sekarang. Isi bakcang juga bermacam-macam dan bukan hanya daging. Ada yang isinya sayur-sayuran, ada pula yang dibuat kecil-kecil namun tanpa isi yang kemudian dimakan bersama serikaya, gula manis.
- Menggantungkan Rumput Ai dan Changpu : Peh Cun yang jatuh pada musim panas biasanya dianggap sebagai bulan-bulan yang banyak penyakitnya, sehingga rumah-rumah biasanya melakukan pembersihan, lalu menggantungkan rumput Ai (艾草) dan changpu (菖埔) di depan rumah untuk mengusir dan mencegah datangnya penyakit. Jadi, festival ini juga erat kaitannya dengan tradisi menjaga kesehatan di dalam masyarakat Tionghoa.
- Mandi Tengah Hari : Tradisi ini cuma ada di kalangan masyarakat yang berasal dari Fujian (Hokkian, Hokchiu, Hakka), Guangdong (Teochiu, Kengchiu, Hakka) dan Taiwan. Mereka mengambil dan menyimpan air pada tengah hari festival Peh Cun ini, dipercaya dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit bila dengan mandi ataupun diminum setelah dimasak.
- Dan masih banyak kegiatan dan tradisi lainnya yang berbeda-beda di masing-masing propinsi di Cina. Suku Manchu, Korea, Miao, Mongol juga merayakan festival ini dengan tradisi mereka masing-masing.
Bakcang atau bacang (肉粽) adalah penganan tradisional masyarakat Tionghoa. Kata 'bakcang' sendiri adalah berasal dari dialek Hokkian yang lazim dibahasakan di antara suku Tionghoa di Indonesia.
Bakcang menurut legenda pertama kali muncul pada zaman Dinasti Zhou berkaitan dengan simpati rakyat kepada Qu Yuan yang bunuh diri dengan melompat ke Sungai Miluo.
Pada saat itu, bakcang dilemparkan rakyat sekitar ke dalam sungai untuk
mengalihkan perhatian makhluk-makhluk di dalamnya supaya tidak memakan
jenazah Qu Yuan. Untuk kemudian, bakcang menjadi salah satu simbol
perayaan Peh Cun atau Duanwu.
Bakcang
secara harfiah berarti cang yang berisi daging, namun pada prakteknya,
cang juga ada yang berisikan sayur-sayuran atau yang tidak berisi. Yang
berisi sayur-sayuran disebut chaicang dan yang tidak berisi biasanya dimakan bersama dengan serikaya atau gula disebut kicang.
Bakcang
dibuat dari beras ketan sebagai lapisan luar; daging, jamur, udang
kecil, seledri dan jahe sebagai isi. Ada juga yang menambahkan kuning
telur asin. Untuk perasa biasanya ditambahkan sedikit garam, gula,
merica, penyedap makanan, kecap dan sedikit minyak nabati.
Tentunya
yang tidak kalah penting adalah daun pembungkus dan tali pengikat. Daun
biasanya dipilih daun bambu panjang yang harus dimasak terlebih dahulu
untuk detoksifikasi. Bakcang biasanya diikat berbentuk prisma segitiga.
No comments:
Post a Comment